KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah makalah tentang
penyakit Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun masih
banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.
Makalah tentang penyakit
Bronkopneumonia ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak
bagi Semester 3 Program Studi DIII Keperawatan di STIKes mercubaktijaya Padang.
Ucapan terimakasih kami ucapkan
kepada Ns,Viky Yusri S.Kep selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak
ini. Serta bagi semua pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi tentang penyakit terutama
penyakit Bronkopneumonia. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti
lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.
Padang,30
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
§
Latar Belakang……………………………………………………………………………...1
§
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1
§
Tujuan………………………………………………………………………………………2
BAB 2. TINJAUAN TEORI …………………………………………………………….3
Konsep Dasar……………………………………………………………...........................3
§
AnatomidanFisiologiBronchopneumonia………………………………………………….8
§
Etiologi dan Tanda Gejala Bronkopneumonia…………………………………………….8
§
Patofisiologi Bronkopneumonia…………………………………………………………..8
§
Komplikasi dan prognosis Bronkopneumonia…………………………………………….10
§
Penatalaksanaan Bronkopneumonia………………………………………………………11
§
Pencegahan Bronkopneumonia…………………………………………………………...12
§
Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia……………………………………………..13
BAB 3. ASUHAN
KEPERAWATAN ………………………………………………14
§
Pengkajian………………………………………………………………………………..19
§
Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………………….19
§
Intervensi Keperawatan ………………………………………………………………..24
§
Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………..31
BAB 4. PENUTUP……………………………………………………………………32
§
Kesimpulan……………………………………………………………………………. 32
§
Saran……………………………………………………………………………………32
§ DAFTAR PUSTAKA
BAB 1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa
disebabkan oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan
merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di
luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit
yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu
penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju
penyakit ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak
ditemukan dan penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada
anak usia 0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat .
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi
kedelapan dari sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh
Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak
diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu
dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif
dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan
oleh dokter, dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan
menganjurkan orang tua klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.
B. Rumusan Masalah
a) Apa definisi bronkopneumonia?
b) Bagaimana epidemiologi dan etiologi
bronkopneumonia?
c) Apa saja tanda dan gejala
bronkopneumonia ?
d) Bagaimana komplikasi dan prognosis
bronkopneumonia?
e) Bagaimana pengobatan, pencegahan,
dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia?
f) Bagaimana asuhan keperawatan klien
dengan bronkopneumonia?
g)
C. Tujuan
§ Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu mengetahui dan menjelaskan konsep bronkopneumonia pada anak.
§ Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan
bronkopneumonia.
b) Mahasiswa mampu menjelaskan
epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;
c) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda
dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia.
d) Mahasiswa mampu menjelaskan
komplikasi dan prognosis bronkopneumonia.
e) Mahasiswa mampu menjelaskan
pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia.
f) Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia.
BAB 2.
TINJAUAN TEORI
A.Konsep Dasar
a) Pengertian
Menurut Muscary,pneumonia merupakan inflamasi akut pada
parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak
yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir
musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia diklasifikasikan menurut agen
etiologinya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia
lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis
(bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat.
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang
paru-paru yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel
tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.
b) Anatomi dan Fisiologi.
Ø Anatomi
1. Sistem pernapasan terdiri atas :
• Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
• Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
• Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
• Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
• Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
• Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
• Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
• Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
• Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
• Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
• Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
• Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
Ø Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
Secara anatomis, system respirasi
dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan
dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Didalam
rongga toraks bronkus bercabang menjadi dua yaitu : kanan dan kiri. Bronkus
kemudian bercabang menjadi bronkiolus, bagi parenkim paru berupa
kantong-kantong yang menempel diujung bronkiolus yang disebut alveoli ( bila
banyak ).
c) Etiologi Bronkopneumonia
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus,
mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari
aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri
penyebab bronkopneumonia meliputi :
a. Bakteri gram positifStreptococcus
pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan
penggunaan alkohol).
b. Staphylococcus (kuman masuk melalui
darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokomial).
c. Bakteri gram negatif
d. Haemaphilius influenza (dapat
menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
e. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari
infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
f. Klebseila pneumonia (insiden pada
penderita alkoholis).
g. Bakteri anaerob (masuk melalui
aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
h. Bakteri atipikal (insiden mengingat
pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).
d) Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit
bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai
berikut:
1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya
e) Patofisiologi Bronkopneumonia
Disease
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya
kuman pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme
pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas,
sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu
penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas,
aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan
penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan
mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai
tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial
pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah
vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga
terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia
yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan
menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme.
Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia,
tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan
sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan
kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga
menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat
mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat
penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan
tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang
menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di
definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah
gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru.
Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi
penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang
pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam,
terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang
menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema,
atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan
bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain:
ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan
terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu
tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena
demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari
penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah
sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi).
Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan
terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan
menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk
menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi
infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak
peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya
malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik
secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag
tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan
mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.
f).Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
ü Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak
yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara
segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
1.Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami
bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan
akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2.Bronkiektase
Hal
ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga
terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3.Abses Paru
Rongga
bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
4.Empiema
Anak
yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
ü Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh
total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan
memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi
memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor
infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
g).Penatalaksanaan
·
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya
pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1.Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2.Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya
diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah
larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3.Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil
analisa gas darah arteri.
4.Pasien bronkopnemonia
ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
h).Pencegahan
Bronkopneumonia Disease
Penyakit bronkopneumonia dapat
dicegah dengan cara:
§ Mengobati secara dini
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
§ Menghindari kontak dengan penderita
penyakit bronkopneumonia
§ Meningkatkan sistem imun terhadap
berbagai penyakit saluran nafas seperti:
§ pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang
bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
§ melakukan vaksinasi seperti:
Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang
dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
i).Pemeriksaan Penunjang
§ Foto polos : digunakan untuk melihat
adanya infeksi di paru dan status pulmoner
§ Nilai analisa gas darah: untuk
mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
§ Hitung darah lengkap dan hitung
jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
§ Tes kulit untuk tuberkulin: untuk
mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon
terhadap pengobatan
§ Jumlah lekosit: terjadi lekositosis
pada pneumonia bacterial. 19 pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria
ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan
atau beberapa lobus
§ Tes fungsi paru: digunakan untuk
mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan
§ Spirometri statik digunakan untuk
mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
§ Kultur darah spesimen darah untuk
menetapkan agen penyebab seperti virus
BAB 4.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas klien
1.Nama : …
2.Umur : …
3Suku/bangsa : …
4.Agama : …
5.Pendidikan : …
6.Alamat : …
7.Lingkungan tempat tinggal : …
8.Sumber air minum : …
9.Pembuangan sampah : …
10.Sumber air kotor : …
2) Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah
sesak nafas. Sesak nafas yang akibat
dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh
dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat
anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi
saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini
dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.
4) Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya
gangguan atau kelainan pada kehamilan/persalinan.
5) Riwayat Tumbuh Kembang
1. Perkembangan
2. Anak merasa sedih karena tidak dapat
berkumpul bersama teman sebayanya
3. Anak memilik keinginan untuk sembuh
4. Anak merasa bosan karena tidak dapat
terlalu banyak beraktivitas
5. Pertumbuhan
6. BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari
dirawat
7. TB anak 98 cm
6) Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak.
7) Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit
dan dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut
dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8) Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma,
keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan
lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.
9) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada
anak dengan bronkopneumonia :
1.Kepala
o .bentuk kepala
o warna rambut
o distribusi rambut
o ada lesi atau tidak
o hygiene
o ada hematoma atau tidak
2.Mata
o sklera berwarna merah (ada
peningkatan suhu tubuh)
o kaji reflek cahaya
o konjungtiva anemis atau tidak
o pergerakan bola mata
3.Telinga
o simetris atau tidak
o kebersihan
o tes pendengaran
4.Hidung
o ada polip atau tidak
o nyeri tekan
o kebersihan
o pernafasan cuping hidung
o fungsi penciuman
4.Mulut
o warna bibir
o mukosa bibir lembab atau tidak
o mukosa bibir
kering (meningkatnya suhu tubuh)
o reflek mengisap
o reflek menelan
5.Dada
o Paru – paru
Inspeksi
: Irama nafas
tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas
Palpasi
: Tidak ada
nyeri tekan
Perkusi
: Sonor
Auskultasi : Suara
paru ronchi
6.Jantung
Inspeksi
: Tidak ada pembesaran
pada dada sebelah kiri
Perkusi
: Suara jantung terdengar redup
Auskultasi
: Nada S1 S2 dan lub dup
7.Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri
tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat
(normal 4-9x/menit)
10.Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya
infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk
mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung
jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal
anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk
mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon
terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis
pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat
didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih
tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk
mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk
mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk
menetapkan agen penyebab seperti virus
11.Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai
pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia meliputi:
1. Aktivitas/istirahatnya yang
menimbulkan gejala fatigue dan insomnia, dengan tanda letargi dan penurunan
toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala
riwayat gagal jantung kronis, dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan
atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan
bronkopneumonia akan menerima banyak stressor sehingga menimbulkan maslah
finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan
sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan
nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen,
hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk dan penampilan
malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada
bagian frontal yang ditandai dengan adanya perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian
dada secara meningkat, batuk myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan
bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan
menggunakan bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan
bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda
/ varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk
setiap pasien atau orang lain yang membutuhkan bantuan.
12.Diagnosa
- Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
- Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
- Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
- Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
- Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
|
NOC
:
a.
Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory
status : Airway patency
c.
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
a.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
b.
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
|
NIC
:
Airway
suction
a.
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
b. Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
c.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
d.
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
e.Berikan
O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
f.
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
g. Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
h. Monitor
status oksigen pasien
i.
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
j.
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway
Management
a.Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.Pasang
mayo bila perlu
e.Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
g. Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Lakukan
suction pada mayo
i. Berikan
bronkodilator bila perlu
j.Berikan
pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan
status O2
|
2
|
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
|
NOC
:
a.Respiratory status : Ventilation
b.Respiratory
status : Airway patency
c.Vital
sign Status
Kriteria Hasil :
a.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
b.
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC
:
Airway Management
a.Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.Pasang
mayo bila perlu
e.Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
f.Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
g.Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Lakukan
suction pada mayo
i.Berikan
bronkodilator bila perlu
j.Berikan
pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k.Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
a.
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.Pertahankan
jalan nafas yang paten
c.
Atur peralatan oksigenasi
d.Monitor
aliran oksigen
e.Pertahankan
posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
g. Monitor
adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
a.Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
b.Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
c.Monitor
VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
e.Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f.Monitor
kualitas dari nadi
g.Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
h.Monitor suara paru
i.Monitor
pola pernapasan abnormal
j.Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
k.Monitor
sianosis perifer
l.Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
m.Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
3
|
Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
|
NOC
:
a.
Respiratory Status : Gas exchange
b.
Respiratory Status : ventilation
c.Vital
Sign Status
Kriteria Hasil :
a.
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b.
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
c.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
d.
Tanda tanda vital dalam rentang normal
|
NIC
:
Airway
Management
a.Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e.Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
f.Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
g.Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Berika bronkodilator bial perlu
i.Barikan pelembab udara
j.Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
k.Monitor respirasi dan status O2
Respiratory
Monitoring
a.Monitor
rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b.Catat
pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c.
Monitor suara nafas, seperti dengkur
d. Monitor
pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
e.Catat
lokasi trakea
f.
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
g. Auskultasi
suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
h.
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
i. auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya
|
4
|
Risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea
|
NOC
:
Nutritional
Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
a.Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.Volume
cairan normal
c.Pengeluaran
BAB normal (tidak terjadi peningkatan)
d.Tidak
ada tanda dehidrasi
e.Suhu
tubuh normal 36,5-37 0C
f. Kelopak
mata tidak cekung
g.Turgor
kulit baik
h.Akral
hangat
|
NIC
:
a.Kaji
adanya tanda dehidrasi
b.Jaga
kelancaran aliran infus
c.Periksa
adanya tromboplebitis
d.Pantau
tanda vital tiap 6 jam
e.Lakukan
kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
f.Pantau
balance cairan
g.Berikan
nutrisi sesuai diit
h. Awasi
turgor kulit
|
5
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi
|
NOC
:
Nutritional
Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
a.Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c.Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.Tidak
ada tanda tanda malnutrisi
e.Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC
:
Nutrition Management
a.Kaji
adanya alergi makanan
b.Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
d.Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e. Berikan substansi gula
f.Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h.Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
j.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k.
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a.BB
pasien dalam batas normal
b.Monitor
adanya penurunan berat badan
c.Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
d.Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
e.Monitor
lingkungan selama makan
f.Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
g.Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
h.Monitor
turgor kulit
i.Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
j.Monitor
mual dan muntah
k.Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
l.Monitor
makanan kesukaan
m.
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
n.Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
o.Monitor
kalori dan intake nuntrisi
p.Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q.Catat
jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
13.Evaluasi
Pasien mampu:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan
bebas dari tanda tanda distress pernafasan
a. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
6. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
7. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
BAB 5.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bronchopneumonia
adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat
sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi
ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya
bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan
diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
2. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran
kepada beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,
dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi
(respiratory medicine). Jakarta: EGC
Hidayat,
Aziz Alimul. 2001. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Muscari,
Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan
oleh Alfrina Hany. 2014. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2007. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Somantri,
Irman. 2012. Keperawatan
Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson,
Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC