Rabu, 23 Maret 2016

ASUHAN KEPERAWATAN Bronkopneumonia



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.
Makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak bagi Semester 3 Program Studi DIII Keperawatan di STIKes mercubaktijaya Padang.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ns,Viky Yusri S.Kep selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak ini. Serta bagi semua pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi tentang penyakit terutama penyakit Bronkopneumonia. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusun.




 Padang,30 September 2015



Penulis

DAFTAR ISI
    
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
   DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
           §  Latar Belakang……………………………………………………………………………...1
           §  Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1
          §  Tujuan………………………………………………………………………………………2

BAB 2. TINJAUAN TEORI …………………………………………………………….3
         Konsep Dasar……………………………………………………………...........................3
        §  AnatomidanFisiologiBronchopneumonia………………………………………………….8
       §  Etiologi dan Tanda Gejala Bronkopneumonia…………………………………………….8
       §  Patofisiologi Bronkopneumonia…………………………………………………………..8
         §  Komplikasi dan prognosis Bronkopneumonia…………………………………………….10
       §  Penatalaksanaan Bronkopneumonia………………………………………………………11
      §  Pencegahan Bronkopneumonia…………………………………………………………...12
      §  Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia……………………………………………..13

BAB 3.  ASUHAN KEPERAWATAN  ………………………………………………14
§  Pengkajian………………………………………………………………………………..19
§  Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………………….19
§  Intervensi Keperawatan ………………………………………………………………..24
§  Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………..31
BAB 4.  PENUTUP……………………………………………………………………32
§  Kesimpulan……………………………………………………………………………. 32
§  Saran……………………………………………………………………………………32
§           DAFTAR PUSTAKA


BAB 1.
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat .
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.
B.     Rumusan Masalah
a)      Apa definisi bronkopneumonia?
b)      Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
c)      Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
d)     Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
e)      Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia?
f)       Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?
g)       
C.     Tujuan
§  Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep bronkopneumonia pada anak.
§  Tujuan Khusus
a)      Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia.
b)      Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;
c)      Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia.
d)     Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis bronkopneumonia.
e)      Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia.
f)       Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia.





BAB 2.
 TINJAUAN TEORI

A.Konsep Dasar
a)      Pengertian
Menurut Muscary,pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat.
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.
b)      Anatomi dan Fisiologi.
Ø  Anatomi
1.      Sistem pernapasan terdiri atas :
• Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
• Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
• Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
• Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
• Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
• Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
Ø   Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
Secara anatomis, system respirasi dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Didalam rongga toraks bronkus bercabang menjadi dua yaitu : kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang menjadi bronkiolus, bagi parenkim paru berupa kantong-kantong yang menempel diujung bronkiolus yang disebut alveoli ( bila banyak ).

c)      Etiologi Bronkopneumonia
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
a.       Bakteri gram positifStreptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b.      Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokomial).
c.       Bakteri gram negatif
d.      Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
e.       Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
f.       Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
g.      Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
h.      Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

d)     Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:
1.      Takipnea (nafas cepat)
2.      Saat bernapas terdengar suara ronki
3.      Batuk produktif
4.      Menggigil dan demam
5.      Sianosis area sirkumoral
6.      Gerakan dada tidak simetris
7.      Anoreksia
8.      Malaise
9.      Gelisah
10.  Fatique
11.  Frekuensi BAB bertambah / harinya


e)      Patofisiologi Bronkopneumonia Disease
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler . 
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha  melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40  dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya  meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

f).Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
ü  Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
1.Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
2.Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3.Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
4.Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
ü  Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
g).Penatalaksanaan
·         Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1.Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2.Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3.Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
4.Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

h).Pencegahan Bronkopneumonia Disease
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
§  Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
§  Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
§  Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
§  pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
§  melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

i).Pemeriksaan Penunjang
§  Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
§  Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
§  Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
§  Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
§  Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. 19 pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
§  Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
§  Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
§  Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus





BAB 4.
 ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
1)      Identitas klien
1.Nama                                    : …
2.Umur                                    : …
3Suku/bangsa                          : …
4.Agama                                  : …
5.Pendidikan                           : …
6.Alamat                                 :  
7.Lingkungan tempat tinggal  : …
8.Sumber air minum                : …
9.Pembuangan sampah            : …
10.Sumber air kotor                : …

2)      Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama  bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas yang  akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
3)      Riwayat Penyakit
a.       Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.


c.       Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi saluran  pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.

4)      Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan pada kehamilan/persalinan.
5)      Riwayat Tumbuh Kembang
1.      Perkembangan
2.      Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman sebayanya
3.      Anak memilik keinginan untuk sembuh
4.      Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
5.      Pertumbuhan
6.      BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
7.      TB anak 98 cm
6)      Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
7)      Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8)      Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.
9)      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia :
1.Kepala
o   .bentuk kepala
o   warna rambut
o   distribusi rambut
o   ada lesi atau tidak
o   hygiene
o   ada hematoma atau tidak
2.Mata
o   sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
o   kaji reflek cahaya
o   konjungtiva anemis atau tidak
o   pergerakan bola mata
3.Telinga
o   simetris atau tidak
o   kebersihan
o   tes pendengaran
4.Hidung
o   ada polip atau tidak
o   nyeri tekan
o   kebersihan
o   pernafasan cuping hidung
o   fungsi penciuman
4.Mulut
o   warna bibir
o   mukosa bibir lembab atau tidak
o   mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
o   reflek mengisap
o   reflek menelan
5.Dada
o   Paru – paru
Inspeksi           : Irama nafas  tidak teratur, pernapasan  dangkal, penggunaan otot bantu     napas
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : Sonor
Auskultasi       : Suara paru ronchi
6.Jantung
      Inspeksi           : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
       Perkusi            : Suara jantung terdengar redup
        Auskultasi       : Nada S1 S2 dan lub dup
7.Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

10.Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2.      Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3.      Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4.      Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5.      Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6.      Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7.      Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8.      Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9.      Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

11.Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia meliputi:
1.      Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia, dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2.      Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis, dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3.      Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4.      Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
5.      Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk dan penampilan malnutrusi.
6.      Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya perubahan mental.
7.      Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk myalgia dan atralgia.
8.      Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.
9.      Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang membutuhkan bantuan.

12.Diagnosa
      • Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
      • Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
      • Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
      • Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
      • Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi

No

Diagnosa Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi
1
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
NOC :
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Aspiration Control

Kriteria Hasil :
a.   Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b.  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.   Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC :
Airway suction
a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
b. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
c. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
d. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
e.Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
f. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
h. Monitor status oksigen pasien
i.  Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
j. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
a.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.Pasang mayo bila perlu
e.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j.Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2


2
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
NOC :
a.Respiratory status : Ventilation
b.Respiratory status : Airway patency
c.Vital sign Status
Kriteria Hasil :
a.  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b.  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
a.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.Pasang mayo bila perlu
e.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Lakukan suction pada mayo
i.Berikan bronkodilator bila perlu
j.Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d.Monitor aliran oksigen
e.Pertahankan posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring
a.Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b.Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c.Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e.Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f.Monitor kualitas dari nadi
g.Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h.Monitor suara paru
i.Monitor pola pernapasan abnormal
j.Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k.Monitor sianosis perifer
l.Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
m.Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3
Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
NOC :
a.  Respiratory Status : Gas exchange
b. Respiratory Status : ventilation
c.Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
a.   Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b.  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
c.   Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
d.  Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
a.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.Berika bronkodilator bial perlu
i.Barikan pelembab udara
j.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
k.Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
a.Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b.Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
c. Monitor suara nafas, seperti dengkur
d. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
e.Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
g. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
i. auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

4
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea

NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :
a.Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.Volume cairan normal
c.Pengeluaran BAB normal (tidak terjadi peningkatan)
d.Tidak ada tanda dehidrasi
e.Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
f. Kelopak mata tidak cekung
g.Turgor kulit baik
h.Akral hangat

NIC :

a.Kaji adanya tanda dehidrasi
b.Jaga kelancaran aliran infus
c.Periksa adanya tromboplebitis
d.Pantau tanda vital tiap 6 jam
e.Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
f.Pantau balance cairan
g.Berikan nutrisi sesuai diit
h. Awasi turgor kulit

5
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi
NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :
a.Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c.Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.Tidak ada tanda tanda malnutrisi
e.Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
a.Kaji adanya alergi makanan
b.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d.Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e. Berikan substansi gula
f.Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h.Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
j.       Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k.     Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a.BB pasien dalam batas normal
b.Monitor adanya penurunan berat badan
c.Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
d.Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
e.Monitor lingkungan selama makan
f.Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
g.Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
h.Monitor turgor kulit
i.Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
j.Monitor mual dan muntah
k.Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
l.Monitor makanan kesukaan
m.   Monitor pertumbuhan dan perkembangan
n.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
o.Monitor kalori dan intake nuntrisi
p.Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet





13.Evaluasi
Pasien mampu:
1.      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3.      Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4.      Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5.      Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
a.       Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
6.      Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
7.      Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya




BAB 5.
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah  infeksi yang menyebabkan paru-paru  meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
2.      Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa  pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:










DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2001Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina Hany. 2014. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2012Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC